BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
3. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
4. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
* Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
* Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
* Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
* Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
* Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
* Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
* Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
* Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
* Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
* Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
* Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
* Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
* Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
* Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Kualitas pendidikan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan -- khususnya di Indonesia -- yaitu:
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.
2.2 Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
A. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
•Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
•Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.
•Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
•Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
•Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
•Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
•Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
•Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.
B. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.
Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
2.3 Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.detik.com.
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-anggaran.
http://www.detiknews.com.
http://www.sib-bangkok.org.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.
Jumat, 28 Januari 2011
Laporan Hasil Wawancara Media Cetak
Nama anggota kelompok :
1. Rachma Chairrani J3A110001
2. Nurully Hutami Putri J3A110036
3. I’tia Amalia J3A110052
4. Raida Rumaisha J3A110112
Tugas : Sosiologi
Dosen : Drs.M. Undang, MP., M.Si
Buku merupakan salah satu sumber pengetahuan. Dari buku, kita dapat meningkatkan dan menambah wawasan agar lebih luas. Beragam informasi dapat kita peroleh dengan mudah di dalamnya. Seperti yang terjadi di Elex Media Comic Center ini.
Elex Media Comic Center ini berdiri pada bulan Agustus 2008. didirikan oleh pasangan Ibu Lili dan Bapak Sharun. Tujuan awal didirikannya usaha ini bukan untuk franchise, melainkan sebagai taman bacaan bagi para pengunjung Auto Tic. Selain di Jalan Padjajaran, Elex Media Comic Center ini juga berada di Bogor Nirwana Residence.
Tidak hanya menyediakan komik saja, di tempat ini juga menyediakan berbagai jenis buku, seperti Manajemen, Komunikasi, buku keagamaan, kewanitaan, dan novel yang semuanya adalah terbitan dari Elex.
Menurut pengamatan kami, pengunjung taman bacaan Elex Media ini di dominasi oleh kalangan pelajar. Karena di tempat ini terdapat berbagai fasilitas yang menguntungkan, dengan cara menjadi member Elex Media Comic Center terlebih dahulu. Syarat untuk menjadi member hanya dengan mengisi formulir dan menyerahkan fotocopy kartu pelajar atau Kartu Tanda Penduduk dan hanya dikenai biaya sebesar Rp10.000,-.
Hanya dengan syarat ini member sudah mendapatkan keuntungan, seperti diskon 15-20% untuk setiap pembelian komik, fasilitas free hotspot, dapat membaca sepuasnya hanya dengan membayar Rp5.000,- / hari. Selain dapat membaca sepuasnya, di Elex Media ini, member juga dapat menyewa buku dengan tarif Rp2.000,- / buku. Tidak heran jika member di tempat ini mencapai hampir ratusan orang. Karena menurut Supervisor, Ibu Anita, Elex Media Comic Center menyediakan berbagai fasilitas dan tempat yang nyaman bagi para pengunjungnya. Selain itu taman bacaan ini juga menyediakan komik-komik dengan seri yang lengkap, bahkan komik langka yang sulit didapat di tempat lain pun tersedia di tempat ini.
Menurut pandangan beliau, minat masyarakat terhadap membaca buku sangat tinggi, tetapi minat membelinya masih kurang. Menurut pengamatan kami pun, minat membaca masyarakat sekarang ini cukup besar, terbukti dengan banyaknya pengunjung di berbagai toko buku yang berada di Bogor.
1. Rachma Chairrani J3A110001
2. Nurully Hutami Putri J3A110036
3. I’tia Amalia J3A110052
4. Raida Rumaisha J3A110112
Tugas : Sosiologi
Dosen : Drs.M. Undang, MP., M.Si
Buku merupakan salah satu sumber pengetahuan. Dari buku, kita dapat meningkatkan dan menambah wawasan agar lebih luas. Beragam informasi dapat kita peroleh dengan mudah di dalamnya. Seperti yang terjadi di Elex Media Comic Center ini.
Elex Media Comic Center ini berdiri pada bulan Agustus 2008. didirikan oleh pasangan Ibu Lili dan Bapak Sharun. Tujuan awal didirikannya usaha ini bukan untuk franchise, melainkan sebagai taman bacaan bagi para pengunjung Auto Tic. Selain di Jalan Padjajaran, Elex Media Comic Center ini juga berada di Bogor Nirwana Residence.
Tidak hanya menyediakan komik saja, di tempat ini juga menyediakan berbagai jenis buku, seperti Manajemen, Komunikasi, buku keagamaan, kewanitaan, dan novel yang semuanya adalah terbitan dari Elex.
Menurut pengamatan kami, pengunjung taman bacaan Elex Media ini di dominasi oleh kalangan pelajar. Karena di tempat ini terdapat berbagai fasilitas yang menguntungkan, dengan cara menjadi member Elex Media Comic Center terlebih dahulu. Syarat untuk menjadi member hanya dengan mengisi formulir dan menyerahkan fotocopy kartu pelajar atau Kartu Tanda Penduduk dan hanya dikenai biaya sebesar Rp10.000,-.
Hanya dengan syarat ini member sudah mendapatkan keuntungan, seperti diskon 15-20% untuk setiap pembelian komik, fasilitas free hotspot, dapat membaca sepuasnya hanya dengan membayar Rp5.000,- / hari. Selain dapat membaca sepuasnya, di Elex Media ini, member juga dapat menyewa buku dengan tarif Rp2.000,- / buku. Tidak heran jika member di tempat ini mencapai hampir ratusan orang. Karena menurut Supervisor, Ibu Anita, Elex Media Comic Center menyediakan berbagai fasilitas dan tempat yang nyaman bagi para pengunjungnya. Selain itu taman bacaan ini juga menyediakan komik-komik dengan seri yang lengkap, bahkan komik langka yang sulit didapat di tempat lain pun tersedia di tempat ini.
Menurut pandangan beliau, minat masyarakat terhadap membaca buku sangat tinggi, tetapi minat membelinya masih kurang. Menurut pengamatan kami pun, minat membaca masyarakat sekarang ini cukup besar, terbukti dengan banyaknya pengunjung di berbagai toko buku yang berada di Bogor.
Koin Untuk Pak Presiden
KOIN UNTUK PAK PRESIDEN
Sekarang lagi marak-maraknya yah guys berita tentang Bpk.Presiden RI yang
mengeluh gaji dirinya belum naik-naik. Keluhannya tersebut disampaikan di depan pimpinan TNI dan Polri.
Pernyataan pak presiden di hadapan Rapat Pimpinan TNI dan Polri, jum'at pekan lalu
itu tepatnya berbunyi, "Remunerasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja,
meningkatkan prestasi, sampaikan ke jajaran TNI / Polri. Ini tahun ke tujuh, gaji presiden belum naik betul. Tapi, memang saya ingin semua sudah
mendapatkan kenaikan yang tepat."
Banyak yang 'Pro' namun tidak sedikit pula yang 'kontra'.
Para khalayak menilai tidaklah etis seorang pemimpin negara berkata seperti
itu.
Namun kita tidak dapat menilai secara kasat mata saja.
Menurut saya pribadi, untuk apa pak presiden mengucapkan kalimat tersebut jika tidak ada maknanya? Bila kita berpositive thinking, kita tidak akan menilai beliau yang macam-macam, sampai ada "Gerakan Rakyat Indonesia Galang Koin untuk Presiden SBY" di Facebook.
Menurut saya, inilah cara pak presiden untuk mengalihkan semua masalah-masalah
berat berkaitan dengan kenegaraan, politik, hukum dsb.
Seperti maraknya kasus gayus tambunan, mafia hukum, serta para pejabat lainnya.
Mungkin pak SBY tidak ingin masyarakat berlarut-larut dalam berbagai masalah berat yang tengah terjadi di negara ini, sehingga beliau berkata seperti itu untuk membuat trending topik baru, agar masyarakat teralihkan dengan kasus-kasus sebelumnya.
Itu kalau menurut saya..
Kalau menurut ahlinya nih..
Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Effendy Gazali melihat masalah ini, sebenarnya pak presiden ingin mengatakan bahwa pemerintah lebih dulu menaikkan gaji TNI dan Polri, sedangkan gaji presiden belum naik.
Sayangnya, maksud baik itu disampaikan pada saat yang tidak tepat karena sebelumnya masyarakat tengah dihadapkan dengan kasus Gayus Tambunan dan mafia hukum kepolisian.
Menurut saya, ada hubungannya kan dengan pendapat saya tadi?
kalau trending topik ini strategi politiknya pak presiden untuk mengalihkan
pandangan masyarakat terhadap kasus Gayus yang lama sekali eksisnya di televisi.
Tetapi, sepertinya justru membuat masyarakat menilai yang tidak-tidak terhadap pak presiden. Sebaiknya sih kita sebagai masyarakat, boleh berkritik, tapi kita harus menelusuri dahulu apa yang akan kita kritik,
jangan sampai terjadi Missed Understanding yahh..
:D
Sekarang lagi marak-maraknya yah guys berita tentang Bpk.Presiden RI yang
mengeluh gaji dirinya belum naik-naik. Keluhannya tersebut disampaikan di depan pimpinan TNI dan Polri.
Pernyataan pak presiden di hadapan Rapat Pimpinan TNI dan Polri, jum'at pekan lalu
itu tepatnya berbunyi, "Remunerasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja,
meningkatkan prestasi, sampaikan ke jajaran TNI / Polri. Ini tahun ke tujuh, gaji presiden belum naik betul. Tapi, memang saya ingin semua sudah
mendapatkan kenaikan yang tepat."
Banyak yang 'Pro' namun tidak sedikit pula yang 'kontra'.
Para khalayak menilai tidaklah etis seorang pemimpin negara berkata seperti
itu.
Namun kita tidak dapat menilai secara kasat mata saja.
Menurut saya pribadi, untuk apa pak presiden mengucapkan kalimat tersebut jika tidak ada maknanya? Bila kita berpositive thinking, kita tidak akan menilai beliau yang macam-macam, sampai ada "Gerakan Rakyat Indonesia Galang Koin untuk Presiden SBY" di Facebook.
Menurut saya, inilah cara pak presiden untuk mengalihkan semua masalah-masalah
berat berkaitan dengan kenegaraan, politik, hukum dsb.
Seperti maraknya kasus gayus tambunan, mafia hukum, serta para pejabat lainnya.
Mungkin pak SBY tidak ingin masyarakat berlarut-larut dalam berbagai masalah berat yang tengah terjadi di negara ini, sehingga beliau berkata seperti itu untuk membuat trending topik baru, agar masyarakat teralihkan dengan kasus-kasus sebelumnya.
Itu kalau menurut saya..
Kalau menurut ahlinya nih..
Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Effendy Gazali melihat masalah ini, sebenarnya pak presiden ingin mengatakan bahwa pemerintah lebih dulu menaikkan gaji TNI dan Polri, sedangkan gaji presiden belum naik.
Sayangnya, maksud baik itu disampaikan pada saat yang tidak tepat karena sebelumnya masyarakat tengah dihadapkan dengan kasus Gayus Tambunan dan mafia hukum kepolisian.
Menurut saya, ada hubungannya kan dengan pendapat saya tadi?
kalau trending topik ini strategi politiknya pak presiden untuk mengalihkan
pandangan masyarakat terhadap kasus Gayus yang lama sekali eksisnya di televisi.
Tetapi, sepertinya justru membuat masyarakat menilai yang tidak-tidak terhadap pak presiden. Sebaiknya sih kita sebagai masyarakat, boleh berkritik, tapi kita harus menelusuri dahulu apa yang akan kita kritik,
jangan sampai terjadi Missed Understanding yahh..
:D
Senin, 24 Januari 2011
Laporan Observasi Jamur Tiram
DD. MUSHROOM
Produsen :
1. Jamur Tiram
2. Jamur Kuping
3. Media dan Bibit
4. Pupuk Organik
Kp. Gadog Desa Pandansari Rt 04/03
Kec. Ciawi Kab. Bogor – 16720
Telp : 0251 – 8139119 HP : 0811116990
Email : ddmushroom@yahoo.com
Berdiri pada tahun : Februari 2004
Jumlah karyawan : Mingguan – 55 Orang
Bulanan – 14 Orang
BIODATA PEMILIK USAHA JAMUR TIRAM
1. Nama Lengkap : Dida Mansyur
2. Tempat Lahir : Bandung
3. Alamat : Komplek Taman Sari Persada Blok F4 12B
4. Agama : Islam
5. Jumlah Anggota Keluarga : 2 Anak, 1 Cucu, 1 Suami
BIODATA PEKERJA
1. Nama : Ubah
2. Tempat Lahir : Sukabumi
3. Agama : Islam
4. Alamat : Tempat tinggal di Pabrik jamur sendiri
5. Awal Bekerja : 5 Mei 2008
6. Posisi : Merangkap apa saja
7. Tugas-Tugas yang diemban : Panen, memberi arahan, mengawasi jalannya produksi
8. Suka Duka dalam Bekerja : Pada saat awal bekerja, tidak tahu sama sekali proses-proses dalam produksi Jamur Tiram. Seiring berjalannya waktu, lama-kelamaan semakin mahir.
9. Status : SINGLE
A. PERAWATAN JAMUR TIRAM
• Setelah log kosong, masuk ke kumbung
• Kalau badlok sudah putih semua, kerat ujungnya (potong)
• Tunggu sampai keluarnya jamur
• Lihat jamur mana yang perlu disiram
B. LATAR BELAKANG USAHA PETANI
Dahulu pemilik usaha jamur tiram ini adalah seorang PNS, setelah pension ia memilih untuk berwirausaha daripada harus menganggur. Sebelum terjun dalam usaha jamur tiram, ia terlebih dahulu bergelut di bidang perikanan, namun usaha perikanan tersebut mengalami kerugian besar dan bangkrut. Kemudian ia berlanjut ke usaha jamur tiram.
C. PERMASALAHAN
• Internal : Dalam pembuatan log, pernah suatu ketika berpuluh-puluh ribu log
Terbuang.
• Eksternal : Banyak saingan. Dahulu usaha jamur tiram Pak Dida bergantung
pada usaha jamur lain, tetapi sekarang lebih mandiri. Jadi, semua kegiatan produksi diusahakan sendiri.
D. HASIL PEMASARAN PRODUK / PETERNAKAN
• Pembeli yang datang langsung ke kumbung jamur
• Pasar
• Tetangga Sekitar
E. AWAL MULA USAHA
• Awalnya produksi jamur tiram ini hanya berupa satu kumbung
• Pembibitan dilakukan dari dasar sekali (F1)
• Seiring berjalannya waktu, kumbung ditambah
• Kemudian selain menghasilkan jamur, juga menjual F1 dan Badlok
F. BAGIAN-BAGIAN DALAM PROSES PRODUKSI
• Bagian Produksi
• Bagian Packing
• Bagian Pembibitan (inakulasi)
• Bagian Panen (maintenance)
G. BAHAN-BAHAN
• Komposisi : Serbuk kayu, kapur, dedak, TSP, tepung jagung
• Dalam sehari serbuk kayu yang dipakai mencapai 300 karung
H. HAMA
Hama tergantung dari perawatan kumbung. Jika musim hujan, jamur jangan sering disiram, karena dapat menyebabkan timbulnya ulat. Kualitas jamur yang dihasilkan bergantung pada cuaca, hari, musim, angin, dan daerah.
I. KERUGIAN YANG PERNAH DIALAMI
Yang seharusnya produk menghasilkan 2 ton. Ternyata hanya 1 ton.
J. HARGA JAMUR TIRAM
Berkisar antara Rp4.000 / kg s.d Rp6.000 / kg
Pada saat menjelang lebaran harga bias mencapai Rp8.500 / kg
K. MODAL
Modal yang paling besar dalam produksi jamur tiram ini adalah pembuatan kumbung. Satu kumbung menelan biaya sebesar 50 juta, yang dapat menampung 40.000 log. Balik modal tidak cukup 3 atau 4 bulan saja.
L. TAHAPAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Tahapan budidaya jamur tiram berupa persiapan media (substrat), pencampuran media, pengantongan (logging), sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi, pemeliharaan tubuh buah, dan panen. Bagi pemula atau pengusaha skala kecil ada baiknya untuk sementara waktu bibit ataupun media tanam dapat membeli dari pembibit ataupun dari perusahaan yang telah memiliki skala usaha yang besar.
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
1. Persiapan Media (Substrat)
Bahan-bahan yang disiapkan untuk pembuatan media tanam jamur meliputi serbuk gergaji, dolomit ,bekatul, tepung jagung. Konposisi tiap bahan adalah setiap 1/100 kg serbuk gergaji diberi 25 % bekatul, dan% tepung jagung 6%. Serbuk gergaji yang digunakan yaitu serbuk gergaji yang sudah lama, yang sudah berkisar satu bulan dari hasil gergaji kayu. Biasanya serbuk gergaji di dapatkan dari pangklong kayu yang ada di daerah batanghari, terdapat dua pangklong kayu yang di jadikan tempat pengambilan serbuk gergaji. Serbuk gergaji ini di dapatkan secara gratis dari pangklong kayu, karena disana serbuk gergaji tidak digunakan. Sedangkan untuk bahan –bahan lain seperti dolomi, bekatul, sebuk atau tepung jagung tidak secara gratis, melainkan harus membeli. Sedangkan bibit jamur dibeli di daerah bogor, namun untuk sekarang ini di daerah lampung telah ada penjualan bibit jamur.
2. Pencampuran Media
Serbuk gergaji yang telah didiamkan selama satu bulan dicampur dengan kapur dolomit sebanyak 3 %, kemudian di aduk-aduk hingga homogen. Di diamkan selama 2-4 hari, campuran antara serbuk gergaji dengan dolomit tersebut di tempatkan di tempat terbuka yang teduh, sehingga campuran terjaga kelembapannya dan tidak menjadi kering. Setelah itu, tambahkan bekatul dan tepung jagung. Campuran di enapkan (didiamkan) selama satu hari satu malam. Proses pembentukan media ini dinamakan proses pengomposan, dimana pengomposan dapat membantu mengurangi kontaminasi oleh mikroba liar dan juga membantu penguraian beberapa senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh jamur tiram.
3. Pengantongan (logging)
Pengantongan atau pembuatan baglog dilakukan dengan memasukkan media yang telah dikompos ke dalam plastik tahan panas (polypropylene) dengan ukuran 20 x 30 mm, atau ukuran plastik 2 kg. Upayakan pengisian tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu padat. Diperkirakan media yang dimasukkan sekitar satu kilogram. Untuk memadatkan media dapat dilakukan dengan bantuan botol yang diisi dengan pasir. Setelah diisi media pada bagian atas di tutup atau di ikat plastikya. Dimana nanti berfungsi sebagai tempat tumbuhnya jamur.
4. Sterilisasi
Baglog yang telah siap selanjutnya disterilisasi melalui proses pasteurisasi dengan cara dikukus. Pada Pasteurisasi yaitu proses pemanasan dengan suhu 1210C dengan waktu kurang lebih 10 jam, dimana 4 jam digunakan menaikan suhu hingga 1210C . Pemanasan ini tergantung pada bahan dasar yang digunakan dan banyaknya log yang dipasteurisasi. Setelah selesai baglog didinginkan selama setengah sampai satu hari. Sterilisasi setiap hari menghasilkan 400 kantong plastik, sedangkan media yang dihasilkan kurang lebih 10.000 kantong plastik, sehingga untuk proses sterilisasi ini sendiri membutuhkan waktu kurang leih satu bulan setengah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pekerja, jika pekerja banyak yang datang atau tidak berhalangan maka hanya membutuhkan waktu satu bulan saja. Setelah proses sterilisasi selesai, maka media di diamkan terlebih dahulu selam satu hari satu malam atau sampai dua hari, bertujuan agar media menjadi dingin. Jika media masih dalam keadaan panas tentu saja akan mempengaruhi proses pertumbuhan jamur.
5. Inokulasi bibit
Inokulasi merupakan proses penanaman bibit ke dalam media tanam. Proses inokulasi dilakukan secara aseptis /steril. Bila memungkinkan peralatan maupun ruangan disemprot alkohol terlebih dahulu. Selama proses ini usahakan menutup mulut dengan masker atau minimal tidak berbicara berlebihan untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari uap mulut. Inokulasi dilakukan dengan memasukkan bibit (F2) sebanyak 5 gram ke dalam lubang yaitu pada bagaian atas plastik yang telah diikat, dengan membuka ikatan pada plastil, setelah proses selesai maka ditali kembali dan siap untuk diletakkan pada inkubasi yaitu temapat pengembang biakan jamur. Jamur yang digunakan dalam budidaya ini adalah jamur tiram putih jenis flourida, karena jamur inilah yang paling banyak dibudidaya.
6. Inkubasi
Inkubasi merupakan proses perkembang biakan bibit jamur, dimana dengan di inkubasi akan mempercepat pertumbuhan jamur karena kondisi penanaman baik tempat dan suhu telah diatur sedemikian rupa. Suhu yang dibutuhkan pada proses ini yaitu antara 320C upayakan suhu di ruangan inkubasi dijaga agar tetap stabil untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Sedangkan tempat inkubasi harus terhindar dari sinar matahari atau gelap. Masa inkubasi berlangsung kurang lebih selama dua minggu. Setelah masa inkubasi maka dilakukan pembudidayaan jamur, dimana jamur diletakkan di tempat pembudidayaan atau kumbung. Ditunggu hingga tumbuhnya miselium (benang-benang halus berwarna putih) hingga memenuhi media secara merata.dalam kantong plasik. Setelah tumbuh merata, maka plastik bagian atas yang di ikat dipotong sebagian yang nantinya akan menjadi tempat tumbuh jamur yang telah dewasa.
7. Pemeliharaan tubuh buah
Tahap ini merupakan masa setelah inkubasi hingga panen. Pada masa pemeliharaan penutup baglog dibuka hingga seperempat bagian log. Banyakya log yang digunakan sebanyak sepuluh log. Tahapan ini memerlukan suhu yang lebih rendah dibandingkan pada saat pertumbuhan miselium (tahap inkubasi) dan juga kelembapan yang optimal/berlimpah. Suhu yang diperlukan sekitar 260C dengan kelembapan yang telah di atur. Pengaturan kelembapan dapat dilakukan dengan penyiraman sebanyak 3 kali setiap hari apabila apabila pada musim penghujan, sedangkan 8 x per hari apabila musim kemarau. Selain kelembapan, kadar oksigen juga perlu diatur dengan membuka ventilasi ketika kelembapan di luar tinggi. Kelembapan perlu dikurangi hingga 70% - 80% apabila tubuh buah telah mencapai ukuran dewasa. Hal ini dilakukan agar tekstur tubuh buah tidak lembek yang bisa menyebabkan tidak tahan lama /cepat busuk.
8.Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah satu bulan tumbuh miselium, maka dapat dilakukan pemanenan tahap pertama. Pemanenan kedua dilkukan satu bulan setelah pemanenan pertama, dimana pemanen kedua ini merupakan masa yang paling baik karena jamur yang dihasilkan cukup banyak dibandingkan panen pertama. Sedangkan untuk panen ketiga dilakuakn satu bulan setelah panen kedua, hasil jamur yang dihasilkan menurun. Hasil panen juga dipengaruhi oleh suhu tempat budidaya, semakin bagus suhunya maka semakin terjaga pertumbuhan jamur.
Produsen :
1. Jamur Tiram
2. Jamur Kuping
3. Media dan Bibit
4. Pupuk Organik
Kp. Gadog Desa Pandansari Rt 04/03
Kec. Ciawi Kab. Bogor – 16720
Telp : 0251 – 8139119 HP : 0811116990
Email : ddmushroom@yahoo.com
Berdiri pada tahun : Februari 2004
Jumlah karyawan : Mingguan – 55 Orang
Bulanan – 14 Orang
BIODATA PEMILIK USAHA JAMUR TIRAM
1. Nama Lengkap : Dida Mansyur
2. Tempat Lahir : Bandung
3. Alamat : Komplek Taman Sari Persada Blok F4 12B
4. Agama : Islam
5. Jumlah Anggota Keluarga : 2 Anak, 1 Cucu, 1 Suami
BIODATA PEKERJA
1. Nama : Ubah
2. Tempat Lahir : Sukabumi
3. Agama : Islam
4. Alamat : Tempat tinggal di Pabrik jamur sendiri
5. Awal Bekerja : 5 Mei 2008
6. Posisi : Merangkap apa saja
7. Tugas-Tugas yang diemban : Panen, memberi arahan, mengawasi jalannya produksi
8. Suka Duka dalam Bekerja : Pada saat awal bekerja, tidak tahu sama sekali proses-proses dalam produksi Jamur Tiram. Seiring berjalannya waktu, lama-kelamaan semakin mahir.
9. Status : SINGLE
A. PERAWATAN JAMUR TIRAM
• Setelah log kosong, masuk ke kumbung
• Kalau badlok sudah putih semua, kerat ujungnya (potong)
• Tunggu sampai keluarnya jamur
• Lihat jamur mana yang perlu disiram
B. LATAR BELAKANG USAHA PETANI
Dahulu pemilik usaha jamur tiram ini adalah seorang PNS, setelah pension ia memilih untuk berwirausaha daripada harus menganggur. Sebelum terjun dalam usaha jamur tiram, ia terlebih dahulu bergelut di bidang perikanan, namun usaha perikanan tersebut mengalami kerugian besar dan bangkrut. Kemudian ia berlanjut ke usaha jamur tiram.
C. PERMASALAHAN
• Internal : Dalam pembuatan log, pernah suatu ketika berpuluh-puluh ribu log
Terbuang.
• Eksternal : Banyak saingan. Dahulu usaha jamur tiram Pak Dida bergantung
pada usaha jamur lain, tetapi sekarang lebih mandiri. Jadi, semua kegiatan produksi diusahakan sendiri.
D. HASIL PEMASARAN PRODUK / PETERNAKAN
• Pembeli yang datang langsung ke kumbung jamur
• Pasar
• Tetangga Sekitar
E. AWAL MULA USAHA
• Awalnya produksi jamur tiram ini hanya berupa satu kumbung
• Pembibitan dilakukan dari dasar sekali (F1)
• Seiring berjalannya waktu, kumbung ditambah
• Kemudian selain menghasilkan jamur, juga menjual F1 dan Badlok
F. BAGIAN-BAGIAN DALAM PROSES PRODUKSI
• Bagian Produksi
• Bagian Packing
• Bagian Pembibitan (inakulasi)
• Bagian Panen (maintenance)
G. BAHAN-BAHAN
• Komposisi : Serbuk kayu, kapur, dedak, TSP, tepung jagung
• Dalam sehari serbuk kayu yang dipakai mencapai 300 karung
H. HAMA
Hama tergantung dari perawatan kumbung. Jika musim hujan, jamur jangan sering disiram, karena dapat menyebabkan timbulnya ulat. Kualitas jamur yang dihasilkan bergantung pada cuaca, hari, musim, angin, dan daerah.
I. KERUGIAN YANG PERNAH DIALAMI
Yang seharusnya produk menghasilkan 2 ton. Ternyata hanya 1 ton.
J. HARGA JAMUR TIRAM
Berkisar antara Rp4.000 / kg s.d Rp6.000 / kg
Pada saat menjelang lebaran harga bias mencapai Rp8.500 / kg
K. MODAL
Modal yang paling besar dalam produksi jamur tiram ini adalah pembuatan kumbung. Satu kumbung menelan biaya sebesar 50 juta, yang dapat menampung 40.000 log. Balik modal tidak cukup 3 atau 4 bulan saja.
L. TAHAPAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Tahapan budidaya jamur tiram berupa persiapan media (substrat), pencampuran media, pengantongan (logging), sterilisasi, inokulasi bibit, inkubasi, pemeliharaan tubuh buah, dan panen. Bagi pemula atau pengusaha skala kecil ada baiknya untuk sementara waktu bibit ataupun media tanam dapat membeli dari pembibit ataupun dari perusahaan yang telah memiliki skala usaha yang besar.
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
1. Persiapan Media (Substrat)
Bahan-bahan yang disiapkan untuk pembuatan media tanam jamur meliputi serbuk gergaji, dolomit ,bekatul, tepung jagung. Konposisi tiap bahan adalah setiap 1/100 kg serbuk gergaji diberi 25 % bekatul, dan% tepung jagung 6%. Serbuk gergaji yang digunakan yaitu serbuk gergaji yang sudah lama, yang sudah berkisar satu bulan dari hasil gergaji kayu. Biasanya serbuk gergaji di dapatkan dari pangklong kayu yang ada di daerah batanghari, terdapat dua pangklong kayu yang di jadikan tempat pengambilan serbuk gergaji. Serbuk gergaji ini di dapatkan secara gratis dari pangklong kayu, karena disana serbuk gergaji tidak digunakan. Sedangkan untuk bahan –bahan lain seperti dolomi, bekatul, sebuk atau tepung jagung tidak secara gratis, melainkan harus membeli. Sedangkan bibit jamur dibeli di daerah bogor, namun untuk sekarang ini di daerah lampung telah ada penjualan bibit jamur.
2. Pencampuran Media
Serbuk gergaji yang telah didiamkan selama satu bulan dicampur dengan kapur dolomit sebanyak 3 %, kemudian di aduk-aduk hingga homogen. Di diamkan selama 2-4 hari, campuran antara serbuk gergaji dengan dolomit tersebut di tempatkan di tempat terbuka yang teduh, sehingga campuran terjaga kelembapannya dan tidak menjadi kering. Setelah itu, tambahkan bekatul dan tepung jagung. Campuran di enapkan (didiamkan) selama satu hari satu malam. Proses pembentukan media ini dinamakan proses pengomposan, dimana pengomposan dapat membantu mengurangi kontaminasi oleh mikroba liar dan juga membantu penguraian beberapa senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh jamur tiram.
3. Pengantongan (logging)
Pengantongan atau pembuatan baglog dilakukan dengan memasukkan media yang telah dikompos ke dalam plastik tahan panas (polypropylene) dengan ukuran 20 x 30 mm, atau ukuran plastik 2 kg. Upayakan pengisian tidak terlalu longgar dan juga tidak terlalu padat. Diperkirakan media yang dimasukkan sekitar satu kilogram. Untuk memadatkan media dapat dilakukan dengan bantuan botol yang diisi dengan pasir. Setelah diisi media pada bagian atas di tutup atau di ikat plastikya. Dimana nanti berfungsi sebagai tempat tumbuhnya jamur.
4. Sterilisasi
Baglog yang telah siap selanjutnya disterilisasi melalui proses pasteurisasi dengan cara dikukus. Pada Pasteurisasi yaitu proses pemanasan dengan suhu 1210C dengan waktu kurang lebih 10 jam, dimana 4 jam digunakan menaikan suhu hingga 1210C . Pemanasan ini tergantung pada bahan dasar yang digunakan dan banyaknya log yang dipasteurisasi. Setelah selesai baglog didinginkan selama setengah sampai satu hari. Sterilisasi setiap hari menghasilkan 400 kantong plastik, sedangkan media yang dihasilkan kurang lebih 10.000 kantong plastik, sehingga untuk proses sterilisasi ini sendiri membutuhkan waktu kurang leih satu bulan setengah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pekerja, jika pekerja banyak yang datang atau tidak berhalangan maka hanya membutuhkan waktu satu bulan saja. Setelah proses sterilisasi selesai, maka media di diamkan terlebih dahulu selam satu hari satu malam atau sampai dua hari, bertujuan agar media menjadi dingin. Jika media masih dalam keadaan panas tentu saja akan mempengaruhi proses pertumbuhan jamur.
5. Inokulasi bibit
Inokulasi merupakan proses penanaman bibit ke dalam media tanam. Proses inokulasi dilakukan secara aseptis /steril. Bila memungkinkan peralatan maupun ruangan disemprot alkohol terlebih dahulu. Selama proses ini usahakan menutup mulut dengan masker atau minimal tidak berbicara berlebihan untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari uap mulut. Inokulasi dilakukan dengan memasukkan bibit (F2) sebanyak 5 gram ke dalam lubang yaitu pada bagaian atas plastik yang telah diikat, dengan membuka ikatan pada plastil, setelah proses selesai maka ditali kembali dan siap untuk diletakkan pada inkubasi yaitu temapat pengembang biakan jamur. Jamur yang digunakan dalam budidaya ini adalah jamur tiram putih jenis flourida, karena jamur inilah yang paling banyak dibudidaya.
6. Inkubasi
Inkubasi merupakan proses perkembang biakan bibit jamur, dimana dengan di inkubasi akan mempercepat pertumbuhan jamur karena kondisi penanaman baik tempat dan suhu telah diatur sedemikian rupa. Suhu yang dibutuhkan pada proses ini yaitu antara 320C upayakan suhu di ruangan inkubasi dijaga agar tetap stabil untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Sedangkan tempat inkubasi harus terhindar dari sinar matahari atau gelap. Masa inkubasi berlangsung kurang lebih selama dua minggu. Setelah masa inkubasi maka dilakukan pembudidayaan jamur, dimana jamur diletakkan di tempat pembudidayaan atau kumbung. Ditunggu hingga tumbuhnya miselium (benang-benang halus berwarna putih) hingga memenuhi media secara merata.dalam kantong plasik. Setelah tumbuh merata, maka plastik bagian atas yang di ikat dipotong sebagian yang nantinya akan menjadi tempat tumbuh jamur yang telah dewasa.
7. Pemeliharaan tubuh buah
Tahap ini merupakan masa setelah inkubasi hingga panen. Pada masa pemeliharaan penutup baglog dibuka hingga seperempat bagian log. Banyakya log yang digunakan sebanyak sepuluh log. Tahapan ini memerlukan suhu yang lebih rendah dibandingkan pada saat pertumbuhan miselium (tahap inkubasi) dan juga kelembapan yang optimal/berlimpah. Suhu yang diperlukan sekitar 260C dengan kelembapan yang telah di atur. Pengaturan kelembapan dapat dilakukan dengan penyiraman sebanyak 3 kali setiap hari apabila apabila pada musim penghujan, sedangkan 8 x per hari apabila musim kemarau. Selain kelembapan, kadar oksigen juga perlu diatur dengan membuka ventilasi ketika kelembapan di luar tinggi. Kelembapan perlu dikurangi hingga 70% - 80% apabila tubuh buah telah mencapai ukuran dewasa. Hal ini dilakukan agar tekstur tubuh buah tidak lembek yang bisa menyebabkan tidak tahan lama /cepat busuk.
8.Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah satu bulan tumbuh miselium, maka dapat dilakukan pemanenan tahap pertama. Pemanenan kedua dilkukan satu bulan setelah pemanenan pertama, dimana pemanen kedua ini merupakan masa yang paling baik karena jamur yang dihasilkan cukup banyak dibandingkan panen pertama. Sedangkan untuk panen ketiga dilakuakn satu bulan setelah panen kedua, hasil jamur yang dihasilkan menurun. Hasil panen juga dipengaruhi oleh suhu tempat budidaya, semakin bagus suhunya maka semakin terjaga pertumbuhan jamur.
Laporan Pengamatan Kegiatan Festival Budaya
Festival budaya merupakan acara rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh mahasiswa Program Keahlian Komunikasi Institut Pertanian Bogor. Festival budaya merupakan suatu kegiatan yang mewadahi aspirasi dan budaya dalam menampilkan kreativitas dan kesenian dari para mahasiswa Komunikasi. Kebudayaan Nusantara merupakan tema yang diambil dalam pagelaran acara Festival Budaya 2010 yang diselenggarakan oleh para Mahasiswa Komunikasi angkatan 46. Acara ini berlangsung mulai pukul 08.00-14.00 WIB bertempat di halaman parkir kampus Cilibende. Festival budaya dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Keahlian Komunikasi di semester tiga.
Acara – acara yang terdapat di Festival Budaya 2010 ini antara lain :
1. Bazar. Terdapat 14 buah stand yang masing-masing mewakili suku atau daerah
yang terdapat di seluruh nusantara. Ke-14 stand tersebut yaitu :
· Stand suku Minangkabau
· Stand suku Tana Toraja
· Stand suku Asmat Papua
· Stand suku Sasak NTB
· Stand suku Dayak
· Stand suku Batak Toba
· Stand suku Betawi
· Stand daerah Bali
· Stand daerah Palembang
· Stand daerah Solo
· Stand daerah Aceh
· Stand daerah Nusa
Tenggara Timur
· Stand daerah Makassar
· Stand daerah Banyuwangi
Ke-14 stand di atas menampilkan berbagai macam ciri khas kebudayaan dari tiap-tiap suku dan daerahnya, seperti aneka kuliner, pakaian adat sehari-hari, pakaian adat pengantin, peralatan-peralatan, alat musik tradisional, memperlihatkan foto-foto tempat Objek Wisata dari masing-masing suku dan daerah, menjelaskan secara lebih terperinci lagi kepada para pengunjung tentang adat-istiadat tiap suku, serta kebiasaan dan bahasa yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada tiap-tiap suku dan daerah tersebut.
2. Pentas seni
Menampilkan pagelaran seni dan budaya dari masing-masing stand. Seperti tarian, drama, permainan alat musik, dan resepsi pernikahan dari tiap suku dan daerahnya.
Acara Festival budaya tahun ini disambut dengan sangat meriah oleh para pengunjung. Para pengunjung bukan hanya dari Program Keahlian Komunikasi saja, tetapi juga dari Program Keahlian lainnya yang berada di Diploma IPB.
Festival budaya diselenggarakan bukan hanya untuk memenuhi mata kuliah semata, namun juga bertujuan untuk memperkenalkan kembali berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat yang berada di nusantara.
Diharapkan dengan terselenggaranya acara ini, rasa cinta tanah air di kalangan mahasiswa dapat tumbuh kembali, serta dapat terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Jumat, 21 Januari 2011
Design Pin Berlogo IPB
Design pin berlogo IPB ini dibuat oleh Aditya Radika. Adik kelas gue di SMKN 1 Cibinong (sekaligus mantan pacar). Hehe.. :D
Langganan:
Postingan (Atom)